Jadiwajarlah jika Kiai Asyhari Marzuki punya imajinasi yang megah terkait perpustakaan. Dan rupanya beliau sudah “merintisnya”. Sewaktu beliau melakukan “katalogisasi” kitab-kitabnya, atau buku-bukunya, saya baru mengerti bahwa koleksinya bukan saja yang menutupi seluruh tembok-tembok ruang tamu (juga ruang pengajian), tapi juga di dalam kamar Jika Allah menciptakanmu untuk dunia ini, Dia pasti menciptakanmu tanpa kematian."(Habib Umar bin Hafidz)đŸ€đŸƒ# foryoupage # bismillahfyp 67 murobi Qotrun nada KH Burhanuddin Marzuki #bismillahfyp #xyzbcafypă‚· #foryoupage #FindYourSkinMate KotaTarim yaitu salah kota di Hadramaut, kota di mana para pelajar Indonesia banyak belajar di sana. Tarim diambil dari nama seorang anak raja yaitu Tarim bin Hadramaut, Tarim juga merupakan tempat hidup dan berkembangnya sadah bani Alawi keturunan Alwi bin Ubaidilllah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir, sekaligus sumber para aulia dan ulama karena di Tarim tidak kurang SAMPANG Minggu (30/8/2020) KH Ach Marzuki Bakri, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Addiniyyah Assalafiyah Assafi’iyah Desa Prajjan Timur Sungai Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur, adalah sosok kyai kharismatik yang tinggi ke ilmuan agamanya dan menjadi pengisi siraman rohani AdalahKH Marzuki Mustamar membantah pandangan Ustadz Adi Hidayat yang mengusik bacaan doa iftitah selama ini. Tidak berselang lama, KH Ma'ruf Khozin memberikan penjelasan. “Menurut Ustadz Adi Hidayat dalam riwayat Muslim doa iftitah ini tidak menyebut kalimat ‘Inni wajjahtu, namun langsung 'wajjahtu wajhiya' dan seterusnya,” kata KH Ma Lalusaya teringat kepada salah seorang guru saya yang bernama Kh.Taufik Kholil yang telah mengajarkan saya Kitab Aqidatul awam tersebut dan menerintahkan saya untuk menghafalnya namun Tidak sampai tuntas saya belajar kitab tersebut. Kitab Nazhom Aqidatul awam karangan Syech Ahmad al marzuqi bermula dari mimpi Syech Ahmad Marzuki pada malam KH Habib Syarief Muhammad Al-Adyrus beliau adalah ulama Nahdlatul Ulama dan pengasuh pesantren Assalaam Bandung. Biografi Guru Marzuki bin Mirshod. Pesantren Tegalsari Yogyakarta. Biografi KH. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) Pesantren Asyrofudin Sumedang. Biografi KH. Ali Shodiq Umman. KOTAMALANG, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuqi Mustamar salut dengan keseriusan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam mengusut tuntas kasus kematian Brigadir J. Ketegasan Kapolri dalam mengusut kasus ini diapresiasi masyarakat. Kapolri menyatakan, terdapat 25 personel Polri yang tidak profesional dalam penanganan TKP LOYALITASSANTRI (TEAMWORK) TERHADAP KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MANAJEMEN PESANTREN. Muhammad, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Tt. Ihyau Al-‘Ulumuddin. Bairut: Daru Al-Fikr. Wahid, Marzuki. Februari 2000. “Pondok Pesantren dan Penguatan Civil. PendiriOrganisasi Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari yang lahir 14 Februari 1871. (Foto: @nahdlatululama) KH Cholil merupakan kiai yang pertama kali memopulerkan kitab babon Bahasa Arab yaitu Alfiyah ibnu Malik dan dianggap sebagai waliyullah. Di pesantren Kiai Cholil, KH Hasyum Asy’ari menempuh pendidikan selama tiga tahun. EPqDNYM. Seorang tokoh karismatik di Batavia Jakarta pada abad 20, Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, atau dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang lahir di Jakarta, 20 April 1870 pernah memproklamasikan diri sebagai warga NU. Ia menyatakan hal itu pada tahun 1933 disaksikan salah seorang pendiri dan pemimpin NU, KH Abdul Wahab Chasbullah. Peristiwa Habib Ali Kwitang itu disaksikan oleh 800 ulama dan 1000 orang warga umum DKI Jakarta. Mereka juga turut serta dengan pengakuan Habib Ali Kwitang, menjadi warga NU. Peristiwa tersebut diabadikan oleh koran Belanda, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 20 Maret 1933. Sebetulnya, sebelum Habib Ali Kwitang memproklamasikan diri sebagai Nahdliyin, pada tahun 1928, NU sudah berdiri di Jakarta yang dipimpin KH Ahmad Marzuki bin Mirshod yang dikenal dengan panggilan Guru Marzuki. Guru Marzuki mendirikan NU atas izin gurunya, yang tak lain adalah Habib Ali Kwitang sendiri setelah melakukan penelitian di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Habib Ali Kwitang Berpidato di Muktamar Ke-7 NU di Bandung Habib Ali Kwitang merupakan salah seorang tokoh yang hadir pada Muktamar NU ketujuh di Bandung pada tahun 1932. Muktamar NU Bandung berlangsung pada tanggal 12 sampai 16 Rabiul Tsani 1351 H bertepatan dengan 15 sampai dengan 19 Agustus 1932 M. Muktamar itu diakhiri dengan openbaar rapat umum yang berlangsung di masjid Jami Kota Bandung. Pada rapat umum itu, Masjid Jami Kota Bandung dihadiri sepuluh ribu kaum Muslimin yang hadir dari kota-kota terdekat sekitar Jawa Barat, para peserta muktamar dari berbagai daerah di Indonesia, para pengurus Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama HBNO, sekarang PBNU. Menurut laporan muktamar tahun itu, hadir 197 ulama dan 210 pengiringnya dan tamu lain-lain dari 83 daerah di Indonesia. Para ulama itu itu menyelesaikan beberapa persoalan yang diajukan jauh-jauh hari dari berbagai cabang. Mereka berhasil menyelesaikan persoalan nomor satu hingga 12 secara berurutan. Kemudian mereka membahas langsung nomor 23 oleh karena sangat urgen segera diselesaikan. NU DKI Jakarta Tidak Berkembang Meskipun Habib Ali mengizinkan NU berdiri di Jakarta, tapi sayangnya tak berkembang dengan baik. Pasalnya, Habib Ali Kwitang tak mau terlibat lebih dalam di NU dengan mencantumkan namanya di kepengurusan. Ia hanya mengizinkan dan mengikuti acara besar NU seperti muktamar. Menurut Anto Jibril, seorang kolektor arsip Habib Ali Kwitang, saat mengisi acara Kajian Manuskrip Ulama Nusantara di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu 27/4/2019, Habib Ali tak mau mencatatkan diri sebagai pengurus NU karena ia memegang fatwa gurunya, Habib Utsman yang memintanya untuk tidak mencantumkan diri di organisasi apa pun. Ini menjadi keresahan Guru Marzuki. Tak banyak ulama dan kiai yang berminat. Juga masyarakat umum. Maka, suatu ketika, Guru Marzuki berkata kepada Habib Ali Kwitang. “Ya Habib, engkau yang menyuruh aku mendirikan NU di DKI Jakarta, tapi engkau tak mau ikut di dalamnya,” begitu kira-kira pernyataan yang bernada permintaan dari Guru Marzuki. Dari situlah, maka terjadi peristiwa Habib Ali Kwitang memproklamasikan dirinya sebagai warga NU secara terbuka di hadapan 800 ulama dan 1000 warga Jakarta. Mereka ikut keputusan Habib Ali. Salah seorang di antaranya adalahHabib Salim Jindan. Menurut Anto Jibril, peristiwa itu tersebut menjadi perhatian media massa pada zamannya, termasuk koran Belanda tersebut. Dua bulan setelah peristiwa itu, DKI Jakarta menjadi tuan rumah muktamar NU kedelapan, yang berlangsung bulan Mei 1933 yang berlangsung di daerah Kramat. KH Abdul Wahab Chasbullah yang bertugas memimpin jalannya kongres tersebut, sementara Hadratussyekh berhalangan hadir. Setahun setelah muktamar itu, Guru Marzuki wafat. Profil Singkat Habib Ali Kwitang Habib Ali Kwitang hidup dalam rentang waktu 1870 M hingga 1968 M yang dikenal dengan pengajiannya di Majelis Taklim Kwitang. Ia dikenal dekat dengan dengan para kiai Betawi dan Kiai NU, di antaranya adalah Menteri Agama KH Wahid Hasyim. Konon beragam keputusan di kementerian agama, sering didiskusikan terlebih dahuli dengan Habib Ali Kwitang. Sebagian dari kiai Betawi adalah muridnya Habib Ali yang dianggapnya sebagai anak angkat. Ia mempersaudarakan para kiai Jakarta satu sama lain sehingga ukhuwah di kalangan mereka menjadi semakin rekat, selain jalur perkawinan. Penulis Abdullah Alawi Editor Fathoni Ahmad KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani dengan gelar Laqsana Malayang alias Guru Marzuki 1877-1934 M merupakan salah satu dari mahaguru ulama Betawi yang memiliki peran penting dalam penyebaran dakwah Islam di tanah Betawi. Kemahaguruan ini ditinjau pada aspek penyebutan Guru’ yang mana secara status keulamaan Betawi Guru’ merupakan level tertinggi setelah Mu’allim’ dan Ustadz’. Seorang Guru’ dalam buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi Melacak Jaringan Ulama Betawi dari Awal Abad ke-19 sampai Abad ke-21 2011, adalah penamaan ulama yang setara dengan Syaikhul Masyayikh, ia dianggap representatif dalam mengeluarkan fatwa agama dalam spesialisasi bidang keilmuan yang dikuasai. Setidaknya terdapat enam guru dari para ulama Betawi dari akhir pada abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 yang disebut oleh Abdul Aziz dalam Islam dan Masyarakat Betawi 2002 sebagai enam pendekar atau the six teacher, yaitu Guru Mansur Jembatan Lima, Guru Marzuki Cipinang Muara, Guru Mughni Kuningan, Guru Madjid Pekojan, Guru Khalid Gondangdia, dan Guru Mahmud Ramli Menteng. Secara biologis, Guru Marzuki mempunyai keturunan yang berasal dari bangsawan Melayu Pattani, sebagaimana nasab melalui ayahnya sampai kepada Sultan Laqsana Malayang, salah seorang sultan Melayu di Negeri Pattani Thailand Selatan. Sedangkan ibunya, Hajjah Fatimah binti Syihabuddin bin Magrabi al-Maduri berasal dari pulau Madura dan keturunan Maulana Ishaq, Gresik Jawa Timur. Penelitian Agus Iswanto 2016 menyebutkan bahwa pada umur 16 tahun, Guru Marzuki diserahkan kepada ulama keturunan Arab bernama Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Tidak lama setelah itu di tahun 1907/08 beliau pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu, dan kembali ke Jakarta pada 1913/14 M. Di antara guru-guru beliau ketika di Makkah antara lain adalah Syekh Usman al-Sarawaqi, Syekh Muhammad Ali al-Maliki, Syekh Muhammad Amin, Sayyid Ahmad Ridwan, Syekh Hasbullah al-Misri, Syekh Mahfuz al-Termasi, Syekh Salih Bafadhal, Syekh Abdul Karim, Syekh Muhammad Sa’id al-Yamani, Syekh Umar bin Abu Bakar Bajunayd, Syekh Mukhtar bin Atarid, Syekh Khatib al-Minangkabawi, Syekh al-Sayyid Muhammad Yasin al-Basyumi, Syekh Marzuki al-Bantani, Syekh Umar Sumbawa, Syekh Umar Syatha, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Guru Marzuki juga memperoleh ijazah tasawuf yakni tarekat Alawiyyah dari Syekh Umar Syatha, yang diambil dari jalur silsilah Syekh Ahmad Zaini Dahlan. Selain tarekat Alawiyyah, beliau juga mendapat ijazah tarekat Khalwatiyah dari Syekh Usman bin Hasan al-Dimyati. Setelah sampainya di Jakarta, beliau memulai jalan dakwah atas bimbingan gurunya Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Sayyid Umar meminta Guru Marzuki untuk menggantikannya mengajar di Masjid Jami’ al-Anwar Rawa Bangke Rawa Bunga Jatinegara. Kemudian di tahun 1921/22 M beliau memutuskan untuk pindah dari Rawa Bangke karena kondisi lingkungan daerah tersebut semakin hari kian memburuk secara moralitas, sehingga sangat tidak kondusif dijadikan tempat belajar para santri. Beliau pun pindah ke kampung Muara untuk membangun tempat belajar para santri dan Masjid al-Marzuqiyah. Dari sinilah basis Guru Marzuki mengajar dan menulis kitab. Banyak murid-murid berdatangan dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Menurut Iswanto, Guru Marzuki memiliki banyak murid yang menjadi ulama terkenal, terutama di lingkungan masyarakat Betawi. Setidaknya ada 70 murid yang pernah belajar kepada Guru Marzuki yang kemudian menjadi ulama, sehingga tidak heran bila beliau dijuluki sebagai “guru ulama Betawi”. Murid-muridnya antara lain KH Noer Ali Bekasi, 1913-1992, KH Muhammad Tambih Kranji Bekasi, 1907-1977, KH Abdullah Syafi’i Bali Matraman, 1910-1985, KH Tohir Rohili Bukit Duri, 1920-1999, KH Hasbiallah Klender, 1913-1982, dan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Di samping sebagai pendakwah, Guru Marzuki juga peduli terhadap gerakan kebangsaan. Sebagaimana pada masanya, KH Hasyim Asy’ari saat itu mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keislaman Indonesia berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah, maka Guru Marzuki mengambil kontribusi dalam menegakkan NU yang masih usia dini tersebut di tanah Betawi. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa Guru Marzuki adalah tokoh kiai Betawi generasi pertama yang mendukung berdirinya Nahdlatul Ulama di Batavia pada tahun 1928. Tidak hanya itu, beliau juga bertindak sebagai Rais Syuriahnya sampai wafat. Hubungan Guru Marzuki dengan NU pun semakin erat ketika cucunya KH Umairah Baqir menikah dengan adik kandung KH Idham Chalid. Penulis Ahmad Rifaldi Editor Fathoni Ahmad A Mesquita Hassan II foi o primeiro lugar que escolhi para visitar no meu roteiro pelo Marrocos. Ela Ă© o cartĂŁo-postal de Casablanca e domina a paisagem da orla. NĂŁo Ă© para menos, ela Ă© a maior mesquita de todo o Marrocos e terceira maior do mundo tambĂ©m. Tudo ali impressiona, do tamanho Ă  riqueza de detalhes na arquitetura. Diferente de outras Mesquitas ao redor do mundo, a Hassan II foi arquitetada com formato inspirados em igrejas, sinagogas e atĂ© em templos hindus. Isso porque ela foi construĂ­da para unir e acolher todas as pessoas, de todas as religiĂ”es. Provavelmente por isso que ela Ă© a Ășnica mesquita que aceita visitas de pessoas nĂŁo muçulmanas no Marrocos. Construção da mesquita Hassan II A Mesquita Hassan II foi construĂ­da para homenagear Mohammed VI, filho de Hassan II, antigo rei de Marrocos que reinou durante os anos de 1961 a 1999. Sua caracterĂ­stica mais marcante Ă© a sua localização sobre as ĂĄguas do Oceano AtlĂąntico. Parte do piso do seu interior foi feito de vidro para que os fiĂ©is possam se ajoelhar diretamente sobre o mar. Infelizmente nĂłs nĂŁo podemos visitar essa parte da mesquita que Ă© para uso real. Considerada uma obra-prima da arquitetura ĂĄrabe, a mesquita começou a ser construĂ­da em 1986 e sĂł foi finalizado apenas em 1993. Foram mais de 800 milhĂ”es de dĂłlares investido e mais de 35 mil operĂĄrios, sendo 10 mil artesĂŁos com incrĂ­vel habilidade, trabalhando noite e dia para ergue-la. Quase todas as famĂ­lias marroquinas foram “convidadas” a doar alguma quantia para a obra. Arquitetura da mesquita Hassan II Uma das curiosidades Ă© o imponente minarete da mesquita, o mais alto do mundo com 210 metros de altura. Imagina que ele tem o tamanho equivalente de um prĂ©dio com aproximadamente 50 andares. Ele se assemelha com o minarete de “La Giralda” em Sevilha, hoje uma catedral catĂłlica. No seu exterior Ă© possĂ­vel caminhar por um enorme pĂĄtio cheio de fontes decoradas com mosaicos e azulejos. O interior abriga uma imensa sala de oração com 20 mil metros quadrados e capacidade para 25 mil fiĂ©is. O teto de madeira se abre de forma que possam ver o cĂ©u e amenizar o calor. Foram usados materiais como mĂĄrmore e granito que deu Ă  mesquita um requinte de arquitetura clĂĄssica, apesar dela ter sido construĂ­da no final dos anos 90. No subsolo tem uma sala de purificação com 40 fontes de mĂĄrmore para a lavagem de pĂ©s e mĂŁos dos muçulmanos antes do inĂ­cio das oraçÔes. HĂĄ tambĂ©m local para banhos, uma escola onde praticam a leitura do AlcorĂŁo madraça, uma biblioteca e um museu. HorĂĄrio de visitação na Mesquita Hassan II Como falei a mesquita Hassan II Ă© a Ășnica mesquita que aceita visitas de pessoas nĂŁo muçulmanas dentro do Marrocos. As visitas sĂŁo sempre realizadas com guia em horĂĄrios previamente reservados. NĂłs chegamos uns 20 minutos antes e conseguimos entrar no prĂłximo grupo. As visitas guiadas em inglĂȘs e em espanhol acontecem vĂĄrias vezes ao dia, em horĂĄrios diferentes das oraçÔes. Nesses horĂĄrios somente os muçulmanos podem entrar no templo. Para obter preços e horĂĄrios atualizados consulte o site da mesquita aqui eu paguei MAD 120,00 que correspondia a aprox. 12 usd A Mesquita Hassan II fica no Boulevard Sidi Mohammed Ben Abdallah. Do aeroporto Ă  mesquita levamos aproximadamente 50 min. Gostou do artigo sobre a mesquita Hassan II em Casablanca? NĂŁo deixe de conferir os outros posts sobre o roteiro de viagem ao Marrocos. Continue lendo sobre o Marrocos + Roteiro completo de 10 dias pelo Marrocos de carro + Conheça Chefchaouen, a cidade toda azul + Veja como foi dormir num acampamento no deserto de Sahara + Como Ă© a comida no Marrocos Obrigada pela visita e volte sempre!